Drupadi by Seno Gumira Ajidarma
My rating: 4 of 5 stars
Bukan nama Seno Gumira Ajidarma yang membawa gue ke buku ini. Tapi nama Drupadi itu sendiri. Drupadi bukan perempuan hebat seperti Srikandi. Dia hanya perempuan biasa yang mengikuti suratan takdir. Menjadi satu bunga untuk lima pandawa, murid-murid terbaik Mahaguru Dorna, yang memenangkannya dalam sebuah sayembara. Meski cintanya hanya untuk Arjuna, yang ia pikir merupakan titisan Kresna.
Bukankah itu memang takdir perempuan? Bahwa kami kadang tidak bisa memilih untuk memiliki lelaki yang kami inginkan, tetapi kami harus memilih untuk menerima lelaki yang menginginkan kami?
Drupadi menerima takdirnya, kemudian harga dirinya diinjak-injak oleh Kurawa. Maka ia bersumpah tidak akan pernah menggulung rambut panjangnya sebelum ia mengeramasi rambutnya dengan darah Dursasana.
Drupadi perempuan biasa yang dengan lidahnya menuntut hak atas harga dirinya yang kemudian berakhir dengan peperangan. Ia hanya perempuan biasa yang tak berhasil sampai di Puncak Mahameru untuk moksa bersama kelima suaminya. Tapi bukan berarti dia tak punya kekuatan sama sekali. Menjadi perempuan biasa adalah kekuatannya, karena perempuan biasa adalah kelemahan setiap laki-laki.
Adegan paling epik dari buku ini adalah waktu Bima ngebunuh-bunuhin kurawa dengan buasnya. Dialah yang menuangkan darah Dursasana ke cawan untuk Drupadi mengeramasi rambutnya.
View all my reviews
No comments:
Post a Comment